December 30, 2011

Jalan Berliku Pasar Bongkaran

Sejarah pasar Keputran, berawal dari tahun 1978 sebagai pasar kidul. Pasar yang awalnya pasar bongkaran ini, memiliki jalan yang melingkar. Menginjak tahun 1980an pasar masih sepi, hanya ada beberapa kios. Akibat pertambahan penduduk maka pasar berkembang dengan sendirinya. Membuka lahan pekerjaan bagi para warga dalam perdagangan.

Sekitar tahun 1985, kios resmi mulai bertambah. Awalnya para penjual bermalam di pasar. Kios di beli masih sekitar 400ribu rupiah, dan kios yang berukuran 2,5 x 4 m sekitar 125 juta,pada tahun 2002. Harga kios di tentukan oleh lokasi strategis atau tidaknya. Bahkan kios yang nampak terlihat dari jalan dijual kisaran 150 juta. Dan apabila lokasi tidak strategis atau di belakang yang terlihat remang – remang seharga 50 jutaan.

Renovasi lokasi yang akan dilakukan oleh Pemkot yang terjadi pada bulan mei 2010, mengundang kontroversi antara pedagang dan pemkot. Karena pasar sempat digusur akibat tidak tertibnya pedagang saat berjualan. Yang secara tidak resmi.
Pedagang yang resmi, taat membayar pajak harian atau retribusi, Seperti Sumilah (60) pemilik kios “ B. Hj Sumilah” Pasar keputran Utara.dan Sumari selaku anak dari Sumilah yang menjadi supir pengantar sayur dari desa Giri Purno, kecamatan Bumi aji, malang. Perhari sayuran lokal, maupun impor berbagai jenis seperti kaelan, Baby Kaelan, Kucai, Oly, Tang’o, Daun Ketumbar, Suwanah / Son, Brocolly, Akar Alang – alang, baby Coll, sawi Daging, Sawi Asin , lobak, Gingseng, Bayam Merah, Buncis, Kapri, Kacang Merah, Kangkung, Jagung Manis, Lethuse, Tomat, Timun, Andewi, Horenso, Brungkul, Jeruk, B.Daun / Sledri, B.Pre, dll.

Dengan keuntungan bersih perhari sekitar satu juta rupiah, Sumilah memperkerjakan beberapa orang untuk memilah sayuran berdasarkan kwalitas sayur. Aan (20) berasal dari menganti, yang telah dua tahun bekerja, bersama kawannya Darim (20) kos di daerah keputran gang 4.

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar kios perhari Limaribu Rupiah, belum termasuk Lincak, tempat berjualan sayur menggunakan bangku kayu di depan kios yang dapat sewaktu – waktu di gusur seharga Tiga Ribu Rupiah.

Kendala para penjual adalah pada cuaca buruk yang membuat sayur, pengiriman yang melewati porong macet, dan kuli angkat atau kuli panggul sayur.(Ajeng Purihandayani, Broadcast, 10.31.3614)

0 comments:

Post a Comment