December 31, 2011

Nasib Malang Pedagang Keputran

Makanan merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan sehari – hari kita, makanan yang baik adalah 4 sehat 5 sempurna. 4 sehat diawali dari nasi yang merupakan makanan pokok masyarakat indonesia, kemudian ditambah dengan mengkonsumsi lauk pauk seperti ikan laut, daging ayam, tahu tempe, daging sapi atau kambing, dan dilengkapi dengan sayura - sayuran dan buah – buahan. Akan menjadi 5 sempurna jika ditambah lagi dengan mengkonsumsi susu sapi. Segala bahan dasar makanan tersebut dijual bebas di pasar – pasar tradisonal yang terdapat di setiap kota hingga kepelosok – pelosok daerah di Indonesia . Mulai dari sayur - sayuran, buah – buahan, bunga, dan kebutuhan bahan pokok lainnya tersedia di Pasar Tradisional.

Di Jawa Timur, terdapat ribuan pasar tradisional yang menyediakan bahan – bahan dasar makanan secara lengkap guna menunjang kebutuhan pangan masyarakat khususnya di wilayah Jawa Timur. Salah satu pasar tradisional terbesar di Jawa Timur adalah Pasar Keputran yang berada di tengah – tengah kota Surabaya, tepatnya di sepanjang jalan Keputran yang letaknya bersebelahan langsung dengan gedung – gedung pencakar langit seperti Wisma Dharmala dan Plaza BRI.

Pasar Keputran saat ini merupakan pemasok utama sayur - sayuran ke pasar – pasar kecil yang berada di sekitar kota Surabaya, seperti Pasar Rungkut, Pasar Gubeng, Pasar Bandar Rejo, Pasar Asem, dan masih banyak lagi. Selain Surabaya, Pasar Keputran juga memasok bahan – bahan dasar makanan berupa sayur – sayuran ke wilayah Gresik, dan Pulau Madura. Hal tersebut disebabkan karena Pasar Keputran telah menjadi tempat pusat pengiriman hasil perkebunan provinsi Jawa Timur di kota Surabaya. Dewasa ini jumlah pedagang di Pasar Keputran mencapai ratusan orang, sebelumnya jumlah pedagang bisa mencapai ribuan orang. Jumlah tersebut menurun setelah dilakukan pengusuran oleh Pemerintah kota Surabaya satu tahun yang lalu, guna mengembalikan fungsi jalan dan membuat ruang terbuka hijau dibantaran sungai kalimas sekitar Pasar Keputran.

Salah satu pedagang yang berjualan sayur – sayuran di Pasar Keputran adalah Khusnul. Wanita berkerudung berdarah Madura ini sudah berjualan di Pasar Keputran sejak lima belas tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1996 saat dirinya masih berumur lima belas tahun. Hasil yang diperoleh Khusnul dari lima belas tahun bejualan di Pasar Keputran adalah rumah yang saat ini ditempati bersama suaminya yang bernama Abdulah, di daerah Gubeng Jaya. Khusnul mengawali usahanya dengan modal uang tiga ratus ribu rupiah, dan mulai berdagang dengan berjualan jagung dan tomat.

Setelah tiga tahun, usaha Khusnul mengalami kemajuan, dan di tahun – tahun berikutnya pendapatan usahanya mengalami naik turun. Awalnya, Khusnul membeli hasil perkebunan dari kabupaten Malang, seperti tomat, seledri, buncis, jagung, ketela, dan daun bawang, jumlahnya bisa mencapai dua mobil pick up, bahkan tak jarang sampai satu truk. Namun, setelah pengusuran yang terjadi di tahun 2010 lalu, telah membuat usaha Khusnul goyang, sebab keuntungan yang diperoleh menurun tajam. Dampak dari pengusuran Pasar Keputran telah membuat banyak pelanggan Khusnul beralih ke Pasar Mangga dua, Pasar Induk Osowilangun (PIOS), dan Pasar Porong.

Sebagian besar pelanggannya berasal dari desa - desa yang berasal dari Pulau Madura yang saat ini sudah tidak lagi membeli sayuran ke Pasar Keputran setelah terjadi pengusuran tahun lalu, apalagi sejak berdirinya jembatan Suramadu semakin mempermudah akses transportasi pembeli dari Pulau Madura untuk langsung menuju ke Pasar Porong, PIOS, dan Mangga Dua, yang saat ini harga sayurannya relatif lebih murah dibandingkan dengan Pasar Keputran. Sekarang Khusnul hanya mampu menjual barang dagangannya sebanyak satu becak saja. Itu pun tidak lagi memasok dari kabupaten Malang, melainkan dari Pasar Porong.

Tak pelak, harga jual yang dipatok Khusnul sekarang lebih mahal lima puluh persen dibandingkan dengan sebelumnya, karena tidak langsung mengambil sayuran dari petani perkebunan. Buncis yang dulu dijual oleh Khusnul dengan harga seribu rupiah per kilo, kini menjadi dua ribu perupiah per kilo, itu pun terkadang masih di tawar oleh pembeli seribu rupiah, kemudian tomat yang dulu dijual dengan harga paling tinggi empat ribu rupiah, kini menjadi sepuluh ribu rupiah per kilonya.

Dulu,sebelum pengusuran Khusnul mampu membeli barang dagangan sebanyak dua mobil pick up sampai satu truk dan dapat menjual buncis sebanyak lima hingga sepuluh karung per hari kemudian tomat sebanyak lima belas sampai dua puluh peti, dan jagung yang berjumlah satu mobil pick up per hari. Sekarang satu mobil pick up saja diisi bersamaan dengan barang dagangan tiga pedagang lainnya. Tak hanya itu, sekarang satu karung buncis terkadang tidak habis terjual dalam satu hari, tomat yang dulu mampu terjual lima belas sampai dua puluh peti, kini hanya dua peti saja untuk tiga hari, dan penjualan jagung yang dulunya mencapai satu mobil pick up per hari, sekarang per harinya cuma satu karung berukuran sedang saja.

Pertama kali berdagang, Khusnul menempati stan tepat di sebelah Gedung Wisma Dharmala, karena ada konflik dengan pedangan lainnya, Khusnul akhirnya berpindah tempat di sekitar Jalan Irian Barat yang saat ini sudah digusur dan dijadikan area Wall Climbing Park oleh Pemkot Surabaya. Setelah pengusuran tersebut, Khusnul pindah tempat lagi disekitar trotoar jalan Keputran hingga saat ini.

Untuk mendapatkan tempat baru, Khusnul harus merogo kocek hingga dua juta rupiah yang dibayarkan kepada koordinator pedagang Pasar Keputran yang berada diluar bangunan resmi, yaitu Haji Muhammad yang tak lain merupakan preman yang menguasai daerah pasar Keputran. Setiap harinya, Khusnul diwajibkan membayar uang restribusi sebesar lima belas ribu rupiah untuk keamanan dan kebersihan, dan lima ribu rupiah lagi untuk uang lampu. Total satu hari Khusnul mengeluarkan uang sebesar dua puluh ribu rupiah. Tarif restribusi tersebut tidak sesuai dengan jumlah pengahasilan Khusnul per hari yang hanya mencapai seratus ribu dan bersihnya tiga puluh ribu. Selama satu bulan berdagang, Khusnul hanya menerima laba bersih sebesar tiga ratus ribu saja.

Keuntungan tersebut berbanding jauh ketika Pasar Keputran belum mengalami pengusuran. Sebelum digusur, pengahasilan Khusnul satu bulan bisa mencapai jutaan rupiah. Hal tersebut membuat Khusnul dan suaminya saat ini tidak mampu lagi untuk menghidupi keempat anaknya, yang sekarang dititipkan ke rumah orang tuanya di Bangkalan, Madura. “Jualan di Pasar Keputran sekarang ini banyak ruginya mas, beda sama dulu sebelum digusur.”Sekarang bisa buat makan saja sudah Alhamdulillah”, tutur Khusnul dengan logat Maduranya. Menurut pelanggan Khusnul yang bernama Ibu Pur, seorang pedagang sayur di daerah Babatan Logajari, Khusnul adalah pedagang yang memiliki sifat penyabar dan tidak pernah marah kalau harga barang dagangannya ditawar.

Khusnul terlahir di Kabupaten Bangkalan tiga puluh tahun yang lalu, saat masih berumur empat belas tahun, Khusnul sudah bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga dan orang tuanya dengan menjadi buruh tani. Di umurnya yang ke lima belas tahun, dia memutuskan untuk menikah dengan pria satu desanya yang bernama Abdulah, yang kemudian mengajaknya pergi merantau ke Surabaya untuk berdagang di Pasar Keputran.
Harapan Khunul kepada Pemerintah Kota Surabaya agar tidak melakukan pengusuran lagi, sebab pembeli akan semakin sepi bila dilakukan pengusuran lagi dan akan bertambah banyak pedagang Pasar Keputran yang gulung tikar yang kemudian memutuskan untuk menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Malaysia dan Arab Saudi seperti yang terjadi belakangan ini.(Wahyu Satriawan/10.31.3676/Broadcasting)

1 comments:

Intro ini lucu juga ya ;

Makanan merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan sehari – hari kita, makanan yang baik adalah 4 sehat 5 sempurna. 4 sehat diawali dari nasi yang merupakan makanan pokok masyarakat indonesia, kemudian ditambah dengan mengkonsumsi lauk pauk seperti ikan laut, daging ayam, tahu tempe, daging sapi atau kambing, dan dilengkapi dengan sayura - sayuran dan buah – buahan. Akan menjadi 5 sempurna jika ditambah lagi dengan mengkonsumsi susu sapi. Segala bahan dasar makanan tersebut dijual bebas di pasar – pasar tradisonal yang terdapat di setiap kota hingga kepelosok – pelosok daerah di Indonesia . Mulai dari sayur - sayuran, buah – buahan, bunga, dan kebutuhan bahan pokok lainnya tersedia di Pasar Tradisional.

Kepanjangan deh...

Post a Comment